Kasi Pakis: 3 Penyesalan Sya’ban Diakhir Hidupnya

Kuansing (Inmas) – Kegiatan rutin pembinaan mental dan rohani pegawai di lingkungan Kantor Kementerian Agama kabupaten Kuantan Singingi kembali bergulir. Jum’at (23/8) pagi, seluruh pegawai Kantor Kemenag Kuansing dan pegawai KUA kecamatan Kuantan Tengah berkumpul di mushalla Al-Ikhlas guna mengikuti acara tersebut.

Pegawai yang bertugas dalam mengisi acara tersebut antara lain: moderator Bahtiar, S.Pd.I (pegawai Seksi Bimas Islam), pembaca Al-Qur’an Riyal Sasri, S.Pd.I (pegawai honorer Seksi Pakis), penceramah H. Sarpeli, M.Ag (Kasi Pakis), dan pengarahan H. Bakhtiar, S.Ag., MH (Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah).

Dalam ceramah yang disampaikan oleh Kasi Pakis, ia menceritakan sebuah kisang tentang sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Sya’ban. Dalam kisah itu diceritakan, Sya’ban adalah seorang yang rajin beribadah. Setiap kali nabi shalat di masjid, ia selalu melihat Sya’ban menempati posisi paling disudut.

Suatu ketika, Nabi SAW tidak melihat kehadiran Sya’ban di masjid maka ia bertanya kepada jamaah yang hadir, namun tidak ada satu orang pun yang tau keberadaan Sya’ban. Akhirnya Nabi pun mengunjungi rumah Sya’ban, dengan bertanya kepada orang yang tahu alamatnya. Tidak disangka, ternyata jarak rumah Sya’ban dari masjid jauhnya lebih kurang 3 km, jarak yang cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.

Sesampainya Nabi di rumah Sya’ban, pintu pun diketuk, dan keluarlah seorang wanita yang merupakan istri dari Sya’ban. Karena rasa penasaran, Nabi pun bertanya tentang keadaan Sya’ban. Istri Sya’ban pun mengatakan, bahwa Sya’ban telah meninggal dunia pada waktu pagi hari.

Selanjutnya Nabi bertanya kepada istri Sya’ban, apakah ada wasiat atau kata-kata terakhir yang disampaikan Sya’ban sebelum meninggal. Istri Sya’ban pun menjawab, “Ya Rasulullah, menjelang kematiannya ia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai dengan satu kalimat. Di masing-masing teriakannya ia berucap: seandainya lebih jauh, seandainya yang baru, dan seandainya semuanya. Tapi kami semua tidak paham ucapannya,” jelas istri Sya’ban.

Nabi pun menjelaskan ketiga makna ucapan yang disampaikan oleh Sya’ban. Pertama, seandainya lebih jauh. Semasa hidupnya, Sya’ban adalah orang yang selalu mengerjakan shalat berjamaah di masjid dengan berjalan kaki dari rumah. Sebelum meninggal dunia, Allah melihatkan kepadanya surga sebagai balasan atas setiap langkah kakinya menuju masjid. Oleh sebab itulah ia mengatakan seandainya bisa lebih jauh.

Kedua, seandainya yang baru. Saat Sya’ban berangkat ke masjid di musim dingin, ia mengenakan dua lapis pakaian. Pakaian yang baru ia pakai didalam, dan pakaian yang butut ia pakai di luar. Ditengah jalan ia menemukan orang yang dalam kondisi menggenaskan, ia membuka baju luarnya yang butut dan memberikannya kepada orang yang kedinginan itu. Setelah Allah melihatkan balasan surga atas perbuatannya, barulan timbul penyesalan di hatinya, seandainya saja yang ia serahkan adalah baju yang baru pastilah balasannya akan lebih besar.

Ketiga, seandainya semuanya. Suatu ketika, Sya’ban hendak memakan sepotong roti miliknya. Tiba-tiba muncullah seorang pengemis yang sedang kelaparan karena sudah tiga hari belum makan. Karena merasa iba Sya’ban memotong rotinya menjadi dua, dan memberikannya kepada pengemis. Setelah ia melihat balasan atas perbuatannya, ia pun menyesal, seandainya saja ia menyerahkan seluruh roti miliknya tentu balasannya akan lebih baik.

Kasi Pakis menutup kisahnya dengan pesan, supaya orang yang masih hidup bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa lebih maksimal dalam beribadah dan berbuat kebaikan. (N/R)

Anda mungkin juga berminat